بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Yaa akhi wa ukhti ألسـلام عليكم
Kayfa khaluk fii haadzal yaum?? Semoga ana wa antum selalu berada dalam Lindungan kasih sayang-Nya..aamiin
I wanna tell you about the first time I use OS Ubuntu 11.04.
Hari ini Rabu, 21 Maret 2012 untuk yang pertama kalinya saya menggunakan OS Ubuntu versi 11.04 Natty Narwhal yang telah saya instal dari beberapa bulan yang lalu untuk browsing tugas-tugas kuliah yang udah numpuk. Setelah sebelumnya saya bertanya kepada salah seorang teman gimana cara mengatur proxy di Firefox yang udah tersedia di OS Ubuntu ini. Ternyata cara ngaturnya tidak jauh beda dengan cara saya mengatur di OS Windows yang juga ada di PC saya.
Selain browsing, saya juga sempat membuat beberapa file untuk tugas kuliah dengan menggunakan ‘LibreOffice writer’ sebuah program pengolah data yang disediakan pihak Ubuntu, layaknya ‘Microsoft Word’ pada OS Widows, dan ‘LibreOffice impress’ sebuah program pengolah presentasi, layaknya ‘Microsoft PowerPoint’ pada Windows. Akan tetapi, ada suatu hal yang yang membuat saya sedikit kesal. Saat itu, saya sedang membuka salah satu tugas presentasi yang sebelumnya telah saya buat di ‘Microsoft PowerPoint’. Setelah menampilkan file tsb, ternyata ada beberapa format tampilan yang tidak sama alias berubah dan makin berantakan saja saat saya tampilkan di ‘LibreOffice impress’. Olehnya itu, saya mencoba untuk mengatur (mengedit) agar terlihat agak rapih. Saat mengedit, tiba-tiba programnya lambat loading atau yang biasa saya sebut lalod. Hal itu masih bisa saya pahami, karena mungkin ini merupakan kali pertama saya mengoperasikan program tsb sehingga belum terbiasa dan juga melihat kapasitas file saya yang lumayan besar jadi mungkin agak sedikit lalod. Karena saat itu, dosen salah satu mata kuliah sudah datang maka dengan tergesa-gesa programnya langsung saya tutup dan berniat untuk mengeditnya kembali di ‘Microsoft PowerPoint’ punya Windows saja.
Setelah kuliah selesai, sambil menunggu dosen selanjutnya saya melanjutkan untuk mengeditnya kembali, tetapi saat itu saya menggunakan ’Microsoft PowerPoint’. Saat membuka filenya, saya kaget karena ada kotak dialog yang muncul dan menginstruksikan tuk me-repair file saya ini. Dengan perasaan was-was saya kemudian mengklik instruksi tersebut dan tak lama kemudian file saya muncul. Akan tetapi, saya semakin kesal saat melihat sedikitnya lebih dari 10 slide saya hilang dan slide yang lain berubah. Saat itu, saya hanya bisa mengelus dada dan beristighfar sambil kembali mengerjakan slide saya yang hilang dan mengatur slide yang sedikit berubah. Kekesalan ini terjadi jika mengingat tugas ini saya selesaikan malam harinya dari ba’da Isya hingga pukul setengah dua dini hari dan dimana harus saya buat kembali dikarenakan kesalahan saya sendiri.
Dari pengalaman ini saya bisa mengambil hikmah yang sangat berarti bagi diri saya pribadi, dimana jadi orang itu jangan tergesa-gesa dan tentunya harus selalu sabar dan ikhlas bila sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri kita.
Pengalaman yang menurut saya cukup menyedihkan ini, tidak begitu saja membuat hati saya berpaling pada Ubuntu. Malahan, rasa penasaran saya terhadap salah satu OS berbasis Linux ini makin bertambah ketika teringat kata Pak Onno W.Purbo seorang pakar IT Indonesia dalam sebuah seminar mengatakan bahwa, “Jika ingin berubah menjadi lebih baik, mari jadi muallaf ke Linux.”
Dan adapun kalimat beliau yang memotivasi saya agar tidak putus asa untuk mempelajari Ubuntu ini yaitu, “Man Jadda Wajada” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh maka mendapatlah (hal yang bermanfaat) ia.
‘So, welcome to Linux, and thank you for Windows.’
Pengalaman hari ini akan saya kenang selalu sebagai pelajaran dan motivasi buat saya untuk menjadi insan yang lebih baik dalam bertindak maupun dalam bertutur kata. Syukron Jazakumulloh katsiron buat saudara(i) yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca post saya ini. Insya Allah, cerita pengalaman saya selanjutnya akan di posting dilain waktu. Semoga bermanfaat, salam ukhuwah wassalamu’alaykum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar