|
Menyiasati
Bahaya Pandangan
Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah y,
beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah
menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman.
Fitnah An-Nazhar (bahaya pandangan) merupakan salah satu problematika
terbesar yang menimpa kaum mukminin pada umumnya, kelompok muda pada
khususnya dan lebih khusus lagi kepada mereka yang belum menikah. Sebuah
fitnah yang mengepung di berbagai lokasi, seperti di pasar, rumah sakit,
pesawat terbang, bahkan pada tempat-tempat suci sekalipun. Jauh empat
belas abad yang lampau Rasulullah n telah mengingatkan kita dengan
sabdanya :
"Tiada suatu fitnah
(bencana) sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum pria selain
daripada wanita." Muttafaqun `Alaih.
Rasullah juga bersabda :
"Sesungguhnya dunia itu manis nan menawan, dan sesungguhnya Allah
memberikan penguasaannya kepada kamu sekalian, kemudian Dia melihat apa
yang kamu kerjakan. Maka berhati-hatilah kamu terhadap (godaan) dunia dan
wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Israil adalah
wanita." (H.R. Muslim)
Beberapa Langkah Pencegahan
Selanjutnya saya akan menyebutkan beberapa hal yang dapat menanggulangi
fitnah ini:
1. Menghadirkan nash-nash yang memerintahkan untuk menundukkan
pandangan (ghadhdhul bashar) dan larangan melepaskan pandangan kepada
hal-hal yang haram. Diantaranya firman Allah l:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat". (QS. 24:30)
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam mendapat
bagian dari zina, tidak boleh tidak, zina kedua mata ialah memandang, zina
lidah ialah perkataan, dan zina hati ialah keinginan dan syahwat, sedang
faraj (kemaluan) saja yang menentukan benar ataau tidaknya dia berbuat
zina." (Muattafaqun `Alaih)
Dari Jarir bin Abdillah z berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah
mengenai "pandangan yang tiba-tiba",
maka beliau bersabda :"Palingkan pandanganmu."
( H.R. Muslim dan Abu Daud, lafadz hadits Abu Daud)
Dalam hadits lain, Rasulullah n bersabda :
"Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan
(berikutnya), pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan
kedua."
( H.R. Tirmidzi dan Abu Daud, Tirmidzi dan AlBani menilai hadits ini
hasan.)
Yang dimaksud dengan pandangan pertama adalah pandangan yang terlontar
tanpa sengaja.
2. Berlindung kepada Allah l dan berpaling dari fitnah nazhar
ini, serta mengikat diri terhadap syahwat pandangan sebagai tindakan
pencegahan untuk melindungi diri dari kejahatan fitnah tersebut.
Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim :
"Wahai hamba-hamb-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri
hidayah (petunjuk), maka mintalah petunjuk itu dari-Ku niscaya kalian akan
Ku tunjuki."
Firman Allah :
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. 2:186)
Beliau berdoa :
" Ya Allah, jadikanlah bagi kami dari rasa ketakutan kami terhadap-Mu
sebagai dinding pemisah antara kami dengan kemaksiatan kepada-Mu."
( H.R. At-Tirmidzi dan Al Bani menilai hadits ini hasan.)
Beliau juga berdoa :
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya pendengaranku,
penglihatanku, lidahku, hatiku dan maniku."
(H.R. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Bani.)
3. Pada prinsipnya kita mengetahui dan menyadari, bahwa pada
situasi dan kondisi bagaimana pun anda tidak memiliki hak khiyar (pilihan)
dalam perkara ini. Kita wajib menundukkan pandangan kita terhadap hal-hal
yang diharamkan, di seluruh tempat, waktu dan kondisi. Tidak ada alasan
bagi kita untuk ikut tergelincir pada kerusakan moral dan membebaskan diri
dari kesalahan dengan adanya situasi dan kondisi yang merangsang kita
melakukankan fitnah tersebut. Firman Allah l :
"Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. 33:36)
4. Menghadirkan pengawasan Allah l dan keluasan ilmu-Nya
sehingga kita merasa takut dan malu kepada-Nya ketika ada kesempatan
berbuat dosa. Firman Allah :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui
apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada
urat lehernya." (QS. 50:16)
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati". (QS. 40:19)
Rasulullah bersabda :
"Saya wasiatkan kepadamu, hendaklah kamu malu (berbuat dosa) di
hadapan Allah seperti kamu malu (berbuat dosa) di hadapan seorang yang
shalih dari kaummu." H.R. Al Hasan bin Sufyan, Ahmad dalam kitab Az
Zuhud dan dishahihkan oleh Al Bani.
5. Kita menyadari bahwa kedua mata kita akan menjadi saksi di
Yaumil Hisab kelak atas apa yang kita lihat selama hidup di dunia. Firman
Allah l :
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan
dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah
mereka kerjakan." (QS. 41:20)
Dalam shahih Muslim dari Anas berkata :
"Pada suatu hari kami sedang bersama-sama Rasulullah n kemudian
beliau tertawa, maka beliau bertanya : "Apakah kalian mengetahui apa
yang menjadikan saya tertawa ?", kami menjawab : "Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah n bersabda : (Seorang hamba
bertanya kepada Rabbnya : "Wahai Rabbku bukankah kamu berjanji untuk
melindungiku dari tindakan kezhaliman, Allah l menjawab :
"Benar". Kemudian hamba tersebut berkata : Saya tidak
memperkenankan (perhitungan) atas diri saya kecuali dihadirkan saksi dari
diriku sendiri". Allah l berkata: "Cukuplah bagimu saksinya
dirimu sendiri pada hari ini dan para Malaikat pencatat. Maka mulutnya
terkunci dan diperintahkan kepada seluruh anggota tubuhnya untuk
berbicara, maka anggota tubuhnya menceritakan seluruh perbuatannya, lalu
orang tersebut dipersilahkan untuk berbicara,ia berkata: menjauhlah engkau
(kepada anggota tubuhnya) selanjutnya ia berdebat dengannya."
Dari sini telah menjadi jelas bahwa mata yang anda tundukkan dari hal-hal
yang haram akan memberikan persaksian terhadap anda di hari Qiamat maka
ikatlah ia dari hal-hal yang haram.
6. Mengingat eksistensi Malaikat yang bertugas mencatat segala
perbuatan anda. Firman Allah n :
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. 50:18)
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS. 82:10-12)
7. Mengingat bahwa bumi yang kita pijak akan memberikan
persaksian atas seluruh peristiwa kemaksiatan yang terjadi diatasnya.
Allah l berfirman mengenai ihwal bumi pada Hari Qiamat kelak :
"Pada hari itu bumi menceritakan beritanya." (QS. 99:4)
Nabi menafsirkan ayat ini dengan sabdanya :
"Akhbaaruhaa (beritanya) yaitu dengan bumi ini bersaksi atas
setiap manusia dan umat terhadap setiap perbuatan yang dilakukannya di
permukaan bumi, dengan berkata : (Dia melakukan ini dan begini, pada hari
ini dan ini)". H.R. At Tirmidzi, dan berkata : "Hadits hasan
shahih".
8. Ingatlah bahwa bidadari yang menyejukkan mata menunggu para
penghuni surga, dari Abu Hurairah z. dari Nabi :
"Setiap lelaki penduduk syurga memiliki dua istri dari bidadari
yang cantik jelita, setiap bidadari memiliki 70 pakaian, tampak sumsum
betisnya dari belakang daging.
Disarikan dari : Fitnah An-Nazhar wa `Ilajiha.
Penerjemah : Muh. Khairuddin Rendusara.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar